Dengan hati yang tulus dan tenang, kubagikan kisahku ini.
Sebut saja namaku Ridang. Semoga kisah tentang kegagalan pernikahanku ini bisa
menjadi cahaya lilin bagi hati yang meredup karena kehilangan cinta seorang
kekasih.
Aku adalah seorang karyawati di rumah sakit swasta di kota
“S”. Di antara segala kesibukan bekerja di rumah sakit dan rutinitas di asrama,
aku masih menyempatkan diri untuk bergabung dalam kelompok paduan suara. Aku
menyanyi untuk acara-acara pernikahan di gereja. Aku bersyukur dikaruniai bakat
untuk menyanyi ini. Banyak pengalaman positif yang kudapatkan dengan bergabung
dalam kelompok paduan suara .
Sebagai seorang wanita berusia 25 tahun, aku mempunyai
seorang kekasih. Dia bekerja di bidang pelayaran. Sekian lama kami menjaga
hubungan cinta dan bersikap saling percaya meski jarak sering memisahkan.
Selama beberapa tahun pula kami berusaha untuk saling mengenal dan menjalin
kasih sayang hingga suatu ketika kami memutuskan untuk menikah. Semua persiapan
pernikahan mulai dari pernak-pernik kecil kecil hingga rencana pertemuan
keluarga sudah kami bicarakan bersama.
Selain bekerja, aku juga mengikuti kursus rias pengantin.
Tentu wajar jika aku ingin membuat acara pernikahanku terasa sangat istimewa.
Aku ingin menikah dengan mengenakan gaun pengantin nuansa Eropa yang berwarna
putih dan panjang. Aku ingin mendesain sendiri gaun pengantinku. Tetapi
ternyata calon suamiku meminta kami memakai pakaian adat Jawa tengah. Apa boleh
buat, aku mengalah dan tidak ingin berdebat hanya karena masalah gaun pengantin.
Aku mendatangi salah satu penjahit dan butik langgananku.
Sebuah busana pengantin jawa telah siap dan tinggal menunggu waktu untuk segera
dikenakan. Sambil mempersiapkan banyak hal yang berkaitan dengan rencana
pernikahan kami, kami berdua sebagai calon pengantin harus mendaftarkan diri
untuk ikut kursus persiapan perkawinan di gereja. Aku mendaftarkan nama kami
untuk mengikuti kelas kursus calon pengantin. Dalam kursus itu, kami akan
diberi banyak bekal persiapan tentang hidup berkeluarga, bagaimana mengenal
pasangan lebih jauh, dan penyelidikan dari gereja tentang kelayakan untuk sah
atau tidaknya perkawinan kami.
Pada awalnya, kami berdua begitu bahagia dan tak sabar ingin
segera mengikuti kursus persiapan perkawinan itu. Tapi entah mengapa sebabnya,
secara perlahan calon suamiku semakin sulit dihubungi. Aku mulai putus asa tapi
tetap berusaha berpikir positif. Hingga akhirnya aku mengunjungi adik calon
suamiku yang kebetulan satu kota denganku. Dari adiknya aku tahu bahwa
kekasihku berpaling pada wanita lain. Rasanya aku tidak perlu menceritakan
detailnya. Namun, yang pasti hati dan perasaanku hancur berkeping-keping. Tanpa
kabar berita dia hilang begitu saja.
Setelah mendapat beberapa informasi yang cukup dapat
kupercaya, aku sudah tidak berharap banyak tentang rencana pernikahanku
dengannya. Bahkan aku tidak mampu untuk menangis karena rasanya hatiku telah
mati rasa. Rasanya dada ini sesak dan bebanku terasa berat. Aku ingin menangis
tetapi tidak setitik pun airmata keluar. Aku mengunjungi seorang biarawati di
biara dan berharap dengan bercerita padanya, aku bisa menangis dan merasa lega.
Kenyataannya, justru biarawati itu yang menangis terharu padaku.
Cukup lama aku tidak bisa menangis. Pada suatu hari seorang
teman paduan suaraku sedang menyanyi lagu ”Hadapilah dengan Senyum” dan tanpa
aku sadari, tangisku tiba-tiba meledak. Aku tidak mampu menahannya lagi. Aku
dipeluk oleh sahabatku. Sepotong syairnya berbunyi seperti ini ”bila bebanmu
terlalu berat, hadapilah dengan senyum. Bila dunia mengecewakan, hadapilah
dengan senyum. Tuhanlah bentengmu, janganlah kau bimbang akan semuanya
hadapilah dengan senyum" dan seterusnya.
Aku harus berjuang dengan segala cara untuk tetap dapat
tersenyum walau hati ingin menjerit dan menangis. Terlebih lagi, tak lama
kemudian aku mendengar kekasihku menikah dengan wanita lain. Adiknya datang
menemuiku untuk menyampaikan permintaan maaf. Bahkan dia juga tidak ingin
menghadiri pernikahan kakaknya. Satu-satunya hal yang mampu membuatku bertahan
adalah doa. Ketika aku merasa dunia sudah runtuh, rasa malu pada teman - teman,
dan bingung akan pertanyaan dari orang tuaku mengapa aku batal menikah, aku
hanya bisa berdoa. Beruntung salah satu kakakku sangat mengerti keadaanku dan
dia yang menjelaskan semua pada orang tuaku.
Pada waktu peristiwa itu terjadi, aku sedang aktif dalam
kelompok paduan suara di gereja, terutama untuk mengisi suara sebagai solis
atau penyanyi tunggal. Profesionalisme sebagai penyanyi harus bisa membuatku
tegar. Dengan hati berkeping-keping kususun nada demi nada false dalam irama
hidupku. Aku harus bangkit. Aku harus kuat. Aku ingin bangkit menjadi sepotong
hati yang tegar walau batal menikah.
Semua sahabat paduan suara sangat mengerti tentang peristiwa
batalnya rencana pernikahanku. Aku bahkan diijinkan untuk tidak usah menyanyi
dulu hingga hatiku tenang lagi. Namun aku menolak. Aku harus tetap menyanyi.
Jadwal acara menyanyi tak akan kuubah.
Pada saat pertama kali aku menyanyi lagu The Wedding dalam
pernikahan salah satu temanku pada masa sulitku itu, sahabat-sahabatku
menangis. Mereka menitikkan airmata haru melihatku begitu syahdu mengalunkan
lagu pengiring pengantin masuk ke gereja menuju altar suci untuk diberkati.
Sungguh ini sebuah keajaiban Tuhan. Aku begitu tegar menyaksikan pasangan
pengantin masuk ke gereja menuju altar dengan gaun pengantin nuansa Eropa yang
cantik itu. Hingga bait terakhir lagu berhasil kunyanyikan dengan sempurna dan
penuh perasaan.
Tanpa terasa aku telah melewati masa sulit ini. Siapakah
yang dapat bertahan jika bukan karena kebesaran Tuhan? Tuhan telah mengajakku
bercanda rupanya. Ketika aku sedang meratapi kepergian kekasih yang membatalkan
pernikahan kami, malah aku diberi semangat untuk terus bernyanyi bagi banyak
pasangan pengantin. Ya, ini berarti aku harus mampu miliki hati yang tegar.
Suatu hari, aku mendapat telepon dari mantan kekasihku, dia
mengatakan minta maaf karena telah meninggalkan aku. Aku tidak menaruh dendam
sedikitpun dan memaafkan keadaannya. Bahkan aku mendoakan kebahagiaannya.
Ketika ia menghubungi aku, mantan kekasihku ini mengalami kecelakaan dan tidak
bisa berjalan. Pada saat yang sama istrinya meninggalkan dia. Aku hanya bisa
berdoa agar dia dapat segera pulih dan sembuh seperti sediakala. Tetapi maafkan
aku Tuhan karena aku tak mungkin kembali padanya. Dia sudah sembuh dari
kecelakaan tersebut, namun dia memilih mengakhiri hidupnya sendiri karena tak
menemukan kebahagiaan.
Aku berdoa agar semua dosa dan kesalahannya diampuni Tuhan.
Dia tetap sahabat yang terbaik dalam hidupku. Kini aku boleh mengucap syukur
dan membagikan kebahagiaan. Tanpa kuduga cinta sejatiku akhirnya datang. Betapa
indahnya rencana Tuhan. Semua diatur indah pada waktunya. Waktu yang tepat
sesuai rencanaNya. Aku telah menemukan seorang kekasih yang mencintaiku dengan
luar biasa dan yang membangun kembali reruntuhan puing-puing harapan tentang
istana cintaku. Tuhan terimakasih untuk semua ini. Kubagikan kisahku ini agar
menjadi pelita hati, percayalah dunia belum berakhir hanya karena engkau tidak
jadi menikah..
Suara Hati Saat Suamiku Ingin Menikah Lagi
Ini adalah ungkapan suci seorang istri ketika mendengar permohonan ijin dari suaminya untuk menikah lagi. Istri mana yang rela suaminya menikah lagi dan membagi cinta untuk dua wanita? Rasanya tidak ada seorang wanita pun di dunia ini yang ingin diduakan, apalagi diduakan di depan mata.
Rasanya duniaku runtuh ketika mendengarmu, suamiku tersayang, meminta ijinku untuk menikah lagi. Membayangkan dirimu, lelaki yang paling kusayangi, membagi segala bentuk cinta, perhatian, dan kebahagiaan lainnya dengan wanita lain bukan hanya membangkitkan rasa cemburuku, tapi juga rasa sakit hati tak berujung. Jangan protes jika aku merasa begitu cemburu, hatiku sudah seperti disayat sembilu mendengarmu ternyata akan segera membagi cintamu.
Jangan memprotesku yang memiliki sejuta cemburu, wahai suamiku. Cemburuku ini adalah bukti nyata besarnya rasa cinta yang kumiliki untukmu. Cintaku sudah tidak perlu lagi kau ragukan. Aku begitu menghormatimu sehingga secepat kilat aku mengoreksi diriku sendiri. Apa sebetulnya kurangku hingga membuatmu berpaling kepada wanita lain. Apa saja kelemahan diriku yang membuatmu harus melabuhkan separuh hatimu untuk wanita lain. Rasanya semua upaya sudah aku kerahkan untuk membahagiakanmu, namun akhir yang harus aku terima tetaplah dimadu.
Sepanjang malam aku memikirkan jawaban atas pertanyaan tersulit yang kau lontarkan. Apa yang harus kukatakan untuk menjawab pertanyaan yang sebetulnya sangat tidak ingin aku jawab itu? Suamiku tercinta, tidak ada seorang wanita pun di dunia ini yang ingin cintanya dibagi dengan wanita lain. Tidak akan ada wanita yang rela melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain di depan mata. Sebelum kau melakukannya, duhai suamiku, pernahkah kau mencoba berada di posisiku dan menjadi aku? Maukah kau diduakan olehku? Tahukah kau bagaimana perasaanku? Membayangkannya saja aku sudah tak mampu, bagaimana aku harus melaluinya?
Kodratku sebagai wanita tentu menolaknya. Aku tidak mau membagi suamiku baik secara fisik maupun secara emosional dengan wanita lain. Pernikahan kita adalah tentang kita berdua, bukan tentang dia. Bagaimana mungkin kau tega memasukkan sosoknya di kebhidupan kita? Nanti, apakah rasa bahagiaku masih bisa sama? Bisakah kau memberikan jaminan cinta yang sama rata antara aku dan dia? Ribuan pertanyaan menyerang otak dan batinku. Rasanya batinku tidak lagi mampu memikirkan jawaban pertanyaanmu.
Tibalah hari di mana aku harus menjawab pertanyaanmu. Kukembalikan batinku kepada Tuhanku. Bahasa iman menggugah kesadaranku kembali. Aku harus menguatkan diriku dan diri suamiku. Kuyakinkan diriku bahwa ini semua sudah diatur oleh Tuhan. Jika aku memprotesnya, sama saja dengan aku memprotes keputusan Tuhan. Jodoh sudah digariskan oleh Tuhan dan jika jodoh wanita itu adalah suamiku, apakah aku harus menyalahkannya? Suamiku telah bertahun-tahun menjadikan aku ratu di hidupnya, maka tidak seharusnya aku menyebutnya sebagai pengkhianat atas segala rasa kasih sayangku.
Aku memutuskan untuk mengatakan "ya, aku mengijinkanmu menikah dengan wanita itu."
Semoga ketika kau telah bersamanya, akan ada penghargaan lebih atas kebersamaan kita. Dan aku pastikan kau tidak akan merasa ditinggalkan olehku. Aku tahu bebanmu akan terasa lebih berat ke depannya karena akan sangat sulit bagimu untuk memilih. Maka aku tak akan membawamu pada posisi memilih. Sekaranglah saatku untuk membuktikan padamu bahwa aku pantas menjadi perhiasan terindah yang pernah kau miliki dengan sebentuk cinta yang aku miliki. Aku buka pikiranku dengan keikhlasan. Dan keikhlasan itu akhirnya berbuah pikiran bahwa engkau bukanlah milikku yang abadi.
Semoga kelegaan hatiku dan kemuliaan niatmu bukan hanya sekedar omong kosong. Semoga seua itu akan menjadi bukti nyata pernyataan cinta kita yang hanya karena Tuhan. Dan kini, aku mempersembahkan wanita itu untukmu. Benar- benar sebuah akhir yang sangat melegakan bagi sebuah kecintaan yang hanya karena Tuhan.
Rasanya duniaku runtuh ketika mendengarmu, suamiku tersayang, meminta ijinku untuk menikah lagi. Membayangkan dirimu, lelaki yang paling kusayangi, membagi segala bentuk cinta, perhatian, dan kebahagiaan lainnya dengan wanita lain bukan hanya membangkitkan rasa cemburuku, tapi juga rasa sakit hati tak berujung. Jangan protes jika aku merasa begitu cemburu, hatiku sudah seperti disayat sembilu mendengarmu ternyata akan segera membagi cintamu.
Jangan memprotesku yang memiliki sejuta cemburu, wahai suamiku. Cemburuku ini adalah bukti nyata besarnya rasa cinta yang kumiliki untukmu. Cintaku sudah tidak perlu lagi kau ragukan. Aku begitu menghormatimu sehingga secepat kilat aku mengoreksi diriku sendiri. Apa sebetulnya kurangku hingga membuatmu berpaling kepada wanita lain. Apa saja kelemahan diriku yang membuatmu harus melabuhkan separuh hatimu untuk wanita lain. Rasanya semua upaya sudah aku kerahkan untuk membahagiakanmu, namun akhir yang harus aku terima tetaplah dimadu.
Sepanjang malam aku memikirkan jawaban atas pertanyaan tersulit yang kau lontarkan. Apa yang harus kukatakan untuk menjawab pertanyaan yang sebetulnya sangat tidak ingin aku jawab itu? Suamiku tercinta, tidak ada seorang wanita pun di dunia ini yang ingin cintanya dibagi dengan wanita lain. Tidak akan ada wanita yang rela melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain di depan mata. Sebelum kau melakukannya, duhai suamiku, pernahkah kau mencoba berada di posisiku dan menjadi aku? Maukah kau diduakan olehku? Tahukah kau bagaimana perasaanku? Membayangkannya saja aku sudah tak mampu, bagaimana aku harus melaluinya?
Kodratku sebagai wanita tentu menolaknya. Aku tidak mau membagi suamiku baik secara fisik maupun secara emosional dengan wanita lain. Pernikahan kita adalah tentang kita berdua, bukan tentang dia. Bagaimana mungkin kau tega memasukkan sosoknya di kebhidupan kita? Nanti, apakah rasa bahagiaku masih bisa sama? Bisakah kau memberikan jaminan cinta yang sama rata antara aku dan dia? Ribuan pertanyaan menyerang otak dan batinku. Rasanya batinku tidak lagi mampu memikirkan jawaban pertanyaanmu.
Tibalah hari di mana aku harus menjawab pertanyaanmu. Kukembalikan batinku kepada Tuhanku. Bahasa iman menggugah kesadaranku kembali. Aku harus menguatkan diriku dan diri suamiku. Kuyakinkan diriku bahwa ini semua sudah diatur oleh Tuhan. Jika aku memprotesnya, sama saja dengan aku memprotes keputusan Tuhan. Jodoh sudah digariskan oleh Tuhan dan jika jodoh wanita itu adalah suamiku, apakah aku harus menyalahkannya? Suamiku telah bertahun-tahun menjadikan aku ratu di hidupnya, maka tidak seharusnya aku menyebutnya sebagai pengkhianat atas segala rasa kasih sayangku.
Aku memutuskan untuk mengatakan "ya, aku mengijinkanmu menikah dengan wanita itu."
Semoga ketika kau telah bersamanya, akan ada penghargaan lebih atas kebersamaan kita. Dan aku pastikan kau tidak akan merasa ditinggalkan olehku. Aku tahu bebanmu akan terasa lebih berat ke depannya karena akan sangat sulit bagimu untuk memilih. Maka aku tak akan membawamu pada posisi memilih. Sekaranglah saatku untuk membuktikan padamu bahwa aku pantas menjadi perhiasan terindah yang pernah kau miliki dengan sebentuk cinta yang aku miliki. Aku buka pikiranku dengan keikhlasan. Dan keikhlasan itu akhirnya berbuah pikiran bahwa engkau bukanlah milikku yang abadi.
Semoga kelegaan hatiku dan kemuliaan niatmu bukan hanya sekedar omong kosong. Semoga seua itu akan menjadi bukti nyata pernyataan cinta kita yang hanya karena Tuhan. Dan kini, aku mempersembahkan wanita itu untukmu. Benar- benar sebuah akhir yang sangat melegakan bagi sebuah kecintaan yang hanya karena Tuhan.
Cinta Dalam Hati
Sejak awal, keluarga Devi menolak kehadiran Mario. Ia berasal dari keluarga yang biasa saja, tidak populer dan bukan keluarga terpandang. Keluarganya khawatir bahwa Mario tak dapat membahagiakan Devi kelak, sehingga akhirnya cinta mereka berdua harus disembunyikan dari semua orang di sekelilingnya.
Karena tekanan keluarga tersebut Devi menjadi ragu akan cinta Mario. "Sebesar apakah cintamu padaku?" tanyanya suatu hari pada Mario. "Aku tak pandai berkata-kata, tetapi suatu saat nanti kau akan tahu sebesar apa cintaku..." kata Mario. Jawaban itupun membuat Devi jadi semakin bimbang. Ia berpikir, mungkin keluarganya benar. Mungkin ia harus merelakan cintanya dengan Mario dan tidak berusaha mempertahankannya lagi.
Kemarahan Devi terhadap jawaban Mario membuatnya tak ingin bertemu lagi dengannya. Ia mengacuhkan Mario dan membuatnya menderita rasa pedih karena patah hati.
Tak lama kemudian, Mario memutuskan untuk mengejar pendidikan ke luar daerah. Meninggalkan kota asalnya dan berusaha menyembuhkan lukanya.
***
Lima tahun berlalu, sekalipun Devi merasa kecewa terhadap Mario, ia tak bisa melupakannya walau sedetik saja. Di dalam hati, cintanya terhadap Mario masih kokoh tertanam di sana.
Teringat pada sebuah cafe kecil tempat mereka biasa bertemu diam-diam, Devipun tertegun. Tanpa disadari sebuah mobil melaju kencang di depannya. Mobil yang dikendarainyapun tak sanggup menghindar. Ia dilarikan ke rumah sakit dan harus mendapat penanganan serius.
"Ia sudah melewati masa krisisnya, bu. Tetapi ia akan kehilangan suara, selamanya..." jelas dokter menghancurkan hati kedua orang tua Devi. Sejak saat itupun Devi lebih banyak memilih menyendiri. Usulan orang tua untuk pindah ke desapun diterimanya.
***
Hari itu sahabat Devi datang membawa sebuah amplop. Sambil bercerita girang ia tak mempedulikan Devi yang masih terbengong mendengar kata Mario. "Kamu tahu nggak sih ternyata Mario sudah pulang sebulan lalu. Aku juga kaget waktu menerima undangan ini, makanya aku cepat-cepat menyetir mobilku ke sini. Dia ingin aku menyampaikan amplop undangan pernikahannya." kata sahabatnya.
Devi tertegun. Air matanya mengalir deras dan ia kesal karena ia tak dapat berkata apapun. Ia hanya bisa menyimpan semuanya dalam hati. Berlarilah ia ke halaman dan duduklah ia di bawah pohon tempat ia biasa melamun. Dibukanya amplop berwarna biru terang itu perlahan. Ia sudah pasrah dan akan rela menerima kecewa yang pantas diterimanya.
Tak terbayangkan. Saat ia membuka undangan tersebut, namanyalah yang tertera di sana. Dengan undangan tersebut, Mario melamarnya. Memintanya menjadi mempelai baginya minggu depan nanti. Devipun akhirnya tahu bahwa Mario telah mempersiapkan semua tetek bengek pernikahan dalam waktu sebulan ini. Ia juga tahu benar bagaimana kondisinya lewat sahabatnya.
"Dan inilah jawaban pertanyaanmu hari itu. Inilah besarnya cintaku padamu..." suara Mario mengagetkan dari belakang.
Berlarilah Devi dan memeluk Mario erat. Dengan bahasa isyarat yang telah dipelajarinya, ia mengucapkan "Aku mencintaimu, Mario..."
Cerita Tentang Tissue Gulung dan Cinta Suamiku
Mungkin Anda bertanya-tanya, apa bagusnya sih menceritakan tissue gulung. Seperti nggak ada istimewanya. Kan ada tuh istilah 'don't judge the book from its cover' Kali ini, jangan berburuk sangka dulu dengan cerita soal tissue gulung dan cinta seorang suami. Kira-kira beginilah ceritanya...
Sepasang suami istri pasangan muda yang telah hidup bersama selama setahun sedang bercengkerama berdua di rumah. Tak melakukan kegiatan apa-apa sang istri kemudian berdiri di atas cermin.
"Sayang, dadaku ini begitu kecil. Aku tidak percaya diri saat bertemu dengan istri temanmu yang dadanya bagus-bagus itu," katanya
Sang suami tak segera menjawab dan terdiam sejenak. Lantas ia bergegas ke kamar mandi, mengambil gulungan tissue.
"Nih, kamu ingin agar dadamu besar kan? Coba pakai tissue gulung ini dan usap-usapkan di dada setiap selesai mandi," kata suami.
Tak berapa lama si istri kemudian bergegas mandi dan mempraktekkan apa yang diusulkan suaminya tadi. Sepanjang mandi ia berpikir, "ah apa benar cara ini bisa membuat dadaku jadi besar ya?" batinnya dalam hati. Setelah selesai mandi ia pun mendekati suaminya lagi.
"Suamiku, masa iya sih cuma menggosok-gosokkan tissue saja bisa bikin dada jadi besar?" tanya sang istri polos.
"Setiap hari kau menggosok pantat dengan tissue saja pantatmu sudah semakin besar. Nah, siapa tahu itu juga bisa berhasil saat dilakukan di dada..." canda suaminya sampai sang istri cemberut.
Sang suamipun mendekati istrinya dan berkata, "aku mencintaimu tidak hanya sehari dua hari. Semua yang kamu miliki adalah sesuatu yang harus kau dan aku syukuri. Jadi mengapa harus bingung dengan ukuran dada yang sehat itu?"
Tentu saja tips menggosok-gosokkan tissue tadi hanya akal-akalan suaminya saja. Bagaimanapun saat menyinggung soal berat badan atau ukuran dada, pria selalu merasa serba salah menjawabnya. Bersyukur sang suami punya selera humor yang mengubah keluhan istrinya menjadi rasa syukur yang luar biasa. Apapun yang kau miliki saat ini, bentuk tubuh, ukuran dada, warna kulit, semuanya adalah sesuatu yang harus disyukuri, bukan dikeluhkan :)
Ngomong-ngomong, tak perlu bertanya pada suami soal Anda gemuk atau tidak, atau ukuran dada Anda ya. Karena percayalah, suami Anda tidak mencintai Anda hanya karena fisik semata
Mengapa Kamu Mencintaiku?
Suatu hari, seorang pasangan kekasih sedang berjalan-jalan di taman. Dipetiknya sebuah bunga yang cantik oleh si pria dan diberikan kepada kekasihnya, "ini untukmu sayang." Di luar dugaan, kekasihnya justru terdiam. Tak berapa lama kemudian ia bertanya pada kekasihnya?
Wanita: Kenapa kau menyukaiku? kenapa kau mencintaiku?
Pria: Aku juga tidak tahu alasannya. Tetapi aku sangat menyukaimu, aku mencintaimu, sayang.
Wanita: Kamu jahat. Kamu bahkan tidak bisa menyebutkan satu alasanpun mengapa kau menyukai aku. Kalau suatu saat nanti ada yang lebih cantik dari aku pasti kau akan meninggalkan aku. Bagaimana bisa kau bilang kau mencintaiku jika kau tak tahu alasannya?
Pria: Aku benar-benar tidak tahu alasannya, sayang. Tetapi, bukankah perhatian, kasih sayang dan kehadiranku di hidupmu sudah menjadi bukti cintaku?
Wanita: Bukti apa? Semua tidak membuktikan apapun. Aku hanya butuh alasan, kenapa kamu bisa menyukaiku? Kenapa kamu mencintaiku?
Pria: Baiklah, akan kucoba cari alasannya. Eum... karena kamu cantik, kamu punya suara yang indah, kulitmu halus, rambutmu lembut... Cukupkah alasan itu?
Kekasihnya kemudian mengangguk, dan menerima bunga itu dengan senang hati.
Di sampingnya ada secarik surat. Iapun membacanya.
"Kekasihku,
Karena suaramu tak lagi semerdu dulu, bagaimana aku bisa mencintaimu?
Dan karena rambutmu kini sudah tak panjang dan lembut lagi, aku tak bisa membelainya. Aku juga tak bisa mencintaimu.
Apalagi kini banyak jahitan di wajahmu yang dulu mulus.
Jika benar cinta itu butuh alasan, kurasa aku benar-benar tak bisa mencintaimu lagi sekarang.
Tetapi....
Sampai kapanpun, aku tetap akan mencintaimu. Sekalipun nanti rambut putihmu mulai tumbuh, kulitmu mulai menua dan keriput, aku selalu mencintaimu.
Menikahlah denganku..."
Cinta tak pernah membutuhkan alasan. Ia juga akan tetap hadir secara misterius. Datang tanpa pernah diduga sebelumnya. Percayalah akan kekuatan cinta, karena kau tak pernah tahu seberapa besar ia akan membuat hidupmu bahagia.
Wanita: Kenapa kau menyukaiku? kenapa kau mencintaiku?
Pria: Aku juga tidak tahu alasannya. Tetapi aku sangat menyukaimu, aku mencintaimu, sayang.
Wanita: Kamu jahat. Kamu bahkan tidak bisa menyebutkan satu alasanpun mengapa kau menyukai aku. Kalau suatu saat nanti ada yang lebih cantik dari aku pasti kau akan meninggalkan aku. Bagaimana bisa kau bilang kau mencintaiku jika kau tak tahu alasannya?
Pria: Aku benar-benar tidak tahu alasannya, sayang. Tetapi, bukankah perhatian, kasih sayang dan kehadiranku di hidupmu sudah menjadi bukti cintaku?
Wanita: Bukti apa? Semua tidak membuktikan apapun. Aku hanya butuh alasan, kenapa kamu bisa menyukaiku? Kenapa kamu mencintaiku?
Pria: Baiklah, akan kucoba cari alasannya. Eum... karena kamu cantik, kamu punya suara yang indah, kulitmu halus, rambutmu lembut... Cukupkah alasan itu?
Kekasihnya kemudian mengangguk, dan menerima bunga itu dengan senang hati.
***
Beberapa hari kemudian, sebuah kecelakaan menimpa wanita tersebut. Ia harus kehilangan rambutnya yang panjang dan lembut karena terjepit dan terpaksa harus dipotong. Ia juga harus kehilangan suara dalam beberapa waktu karena pita suaranya terbentur keras. Kulitnya yang dulu halus mulus kini terpapar beberapa jahitan. Ia terbaring tak berdaya.Di sampingnya ada secarik surat. Iapun membacanya.
"Kekasihku,
Karena suaramu tak lagi semerdu dulu, bagaimana aku bisa mencintaimu?
Dan karena rambutmu kini sudah tak panjang dan lembut lagi, aku tak bisa membelainya. Aku juga tak bisa mencintaimu.
Apalagi kini banyak jahitan di wajahmu yang dulu mulus.
Tetapi....
Cintaku bukan cinta yang palsu.
Cintaku kepadamu tulus. Aku menyukai dirimu yang apa adanya. Aku tidak jatuh cinta karena kau punya suara yang merdu, rambut yang indah serta kulit yang mulus. Aku mencintaimu tanpa alasan apapun.Sampai kapanpun, aku tetap akan mencintaimu. Sekalipun nanti rambut putihmu mulai tumbuh, kulitmu mulai menua dan keriput, aku selalu mencintaimu.
Menikahlah denganku..."
Cinta tak pernah membutuhkan alasan. Ia juga akan tetap hadir secara misterius. Datang tanpa pernah diduga sebelumnya. Percayalah akan kekuatan cinta, karena kau tak pernah tahu seberapa besar ia akan membuat hidupmu bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar